1. Berikan contoh etiket atau pelanggaran
berinternet yang anda ketahui dalam:
a. berkirim surat melalui email
b. berbicara dalam chatting
JAWAB :
Contoh etiket / pelanggaran
berinternet :
a. Email Bom, Email Porno, penyebaran virus
melalui attach files
b. - SARA dalam Chat di room
- Chat sex
- Transaksi Ilegal atau diskusi tentang
barang terlarang.
2. Jelaskan
dari berbagai macam kegiatan yang bisa dilakukan pada dua kegiatan di atas!
JAWAB :
a.
Email Bom, Email Porno, penyebaran virus melalui attach files,
Email bom adalah suatu cara untuk
membuat server menjadi down, hal ini tentu saja berada di luar etika karena
dengan downnya server, kita bisa dengan mudah mengacak-acak dan mengetahui
informasi yang seharusnya tidak kita ketahui. Email bom ini dilakukan dengan
cara mengirimkan suatu email secara serempak dan dalam jumlah dan isi yang
sama. Email bom ini menggunakan kode-kode program yang menggunakan statement
looping/perulangan sehingga email yang seharusnya dikirim sekali, menjadi
dikirim berkali-kali sehingga mengakibatkan downnya server tersebut.
Sedangkan penyebaran virus
melalui attach file sudah mulai berkurang karena adanya fasilitas scanning
virus melalui attach file. Tapi ini bisa saja terjadi karena tidak semua
antivirus bisa mendeteksi jutaan virus yang sudah beredar ini. Hal ini
tentu saja melanggar etika karena telah menyebarkan virus melalui media email.
b.
- SARA dalam Chat di room, chat sex, dan Transaksi Ilegal atau
diskusi tentang barang terlarang.
Unsur SARA merupakan hal yang
harus di hindari, SARA ini dapat menyebabkan perkelahian sampai pada
pertumpahan darah. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa SARA ini merupakan
pelanggaran dalam berinternet, pada kasus kali ini kita melakukan suatu
tindakan/perkataan yang mengundang SARA di suatu room chatting. Tentu saja
banyak para user-user di room tersebut yang terpancing emosinya atau merasa
terganggu. Oleh karena itu, hal-hal yang berbau SARA
harus kita hindari dalam berinternet ini.
- Chat sex sudah tidak perlu di perjelas
lagi, karena dari namanya saja sudah melanggar norma-norma yang ada di negara
tercinta kita ini.. Karena dalam semua agama yang ada, hal-hal yang behubungan
dengan sex bebas pasti di tentang, tentu saja sudah melanggar norma agama. Pada
chat sex ini, semua pembicaraan berhubungan dengan sex menggunakan skype, dll.
- Transaksi Ilegal atau diskusi
tentang barang terlarang sudah bukan hal yang asing di telinga masyarakat,
pasalnya dengan berkembang pesatnya teknologi tidak luput memicu para jejaring
narkoba atau jejarang barang ilegal untuk melakukan transaksi atau melebarkan
peminatnya. Ini pun bisa mnjadi virus atau sebuah ancaman karena pintarnya
orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuat jejaring agar bisa saling
berinteraksi untuk memenuhi keinginanannya yaitu melebarkan transaksi barang
ilegal.
3.
Jelaskan apa yang dimaksud
dengan “proses professional” dalam mengukur sebuah profesionalisme
JAWAB :
Proses profesional atau
profesionalisasi adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan
organisasi dan sistematis untuk mengembangkan profesi ke arah status
profesional.
Standar
professional dapat diketahui dengan empat persepektif pendekatan, Untuk
mengukur sebuah profesionalisme, tentunya perlu diketahui terlebih dahulu
standar profesional. Secara teoritis menurut Gilley dan Enggland (1989), standar
profesionaldapat diketahui dengan empat perspektif pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Berorientasi
Filosofis.
b. Pendekatan Perkembangan
Bertahap.
c. Pendekatan Berorientasi Karakteristik.
d. Pendekatan Berorientasi
Non-Tradisional.
A. PENDEKATAN ORIENTASI
FILOSOFI
Pendekatan orientasi filosofi
ini melihat tiga hal pokok yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
profesionalisme sebagai berikut:
a. Pendekatan Lambang
Profesional
Lambang profesional yang
dimaksud antara lain seperti sertifikat, lisensi, dan akreditasi. Sertifikasi
merupakan lambang bagi individu yang profesional dalam bidang tertentu.
Misalnya, seseorang yang ahli dalam menjalankan suatu program komputer tertentu
berhasil melalui ujian lembaga sertifikasi tersebut sehingga akan mendapatkan
sertifikat berstandard internasional. Adapun lisensi dan akreditasi merupakan
lambang profesional untuk produk ataupuun institusi. Sebagai contoh, lembaga
pendidikan yang telah dianggap profesional oleh umum adalah lembaga pendidikan
yang telah memiliki status terakreditasi, dan lain-lain. Akan tetapi,
penggunaan lambang ini kurang diminati karena berkaitan dengan aturan-aturan
formal.
b. Pendekatan Sikap Individu
Pendekatan ini melihat bahwa
layanan individu pemegang profesi diakui oleh umum dan bermanfaat bagi
penggunanya. Sikap individu tersebut antara lain adalah kebebasan personal,
pelayanan umum, pengembangan sikap individual dan aturan-aturan yang bersifat
pribadi. Orang akan melihat bahwa individu yang profesional adalh individu yang
memberikan layanan yang memuaskan dan bermanfaat bagi pengguna jasa profesi
tersebut.
c. Pendekatan Electic
Pendekatan ini meihat bahwa
proses profesional dianggap sebagai kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan
dan standar tertentu. Hal ini berarti bahwa pandangan individu tidak akan lebih
baik dari pandangan kolektif yang disepakati bersama.Pendekatan electic ini
merupakan pendekatan yang menggunakan prosedur, teknik, metode dan konsep dari
berbagai sumber, sistem, dan pemikiran akademis. Dengan kesatuan item-item
tersebut di atas, masyarakat akan melihat kualitas profesionalisme yang
dimiliki oleh seseorang individu ataupun yang mewakili institusi.
B. PENDEKATAN PERKEMBANGAN
BERTAHAP
Di bagian depan telah dijelaskan
bahwa proses profesionalisme adalah proses evolusi yang menggunakan pendekatan
organisasi dan sistematis untuk mengembangkan profesi kearah status
profesional. Orientasi perkembangan menekankan pada enam langkah dalam proses
berikut:
a. Berkumpulnya
individu-individu yang memiliki minat yang sama terhadap suatu profesi.
b. Melakukan identifikasi dan
adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu untuk mendukung profesi yang
dijalaninya. Hal ini tentu saja disesuaikan dengan latar belakang akademis para
pelaku profesi tersebut.
c. Setelah individu-individu
yang memiliki minat yang sama berkumpul, selanjutnya para praktisi akan
terorganisasi secara formla pada suatu lembagayang diakui oleh pemerintah dan
masyarakat sebagai sebuah organisasi profesi.
d. Membuat kesepakatan mengenai
persyaratan profesi berdasarkan pengalaman atau kualifikasi tertentu. Hal ini
sesuai dengan hakikat sebuah profesi, yang mengharuskan pelakunya memiliki
pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan formal dan atau
ketrampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada orang yang
terlebih dahulu menguasai ketrampilan tersebut.
e. Menentukan kode etik profesi
yang menjadi aturan main dalam mmenjalankan sebuah profesi yang harus ditaati
oleh semua anggota profesi yang bersangkutan.
f. Revisi persyaratan
berdasarkan kualifikasi tertentu seperti syarat akademis dan pengalaman
melakukan pekerjaan di lapangan. Hal ini berkembang sesuai tuntutan tingkat
pelayanan yang diberikan kepada para pengguana jasa profesi tersebut.
C. PENDEKATAN BERORIENTASI
KARAKTERISTIK
Orientasi ini melihat bahwa
proses profesional juga dapat ditinjau dari karrakteristik profesi/pekerjaan.
Ada delapan karakteristik pengembangan proses profesional yang saling terkait,
yaitu:
a. Kode etik profesi yang
merupakan aturan main dalam menjalankan sebuah profesi
b. Pengetahuan yang
terorganisir yang mendukung pelaksanaan sebuah profesi.
c. Keahlian dan kompetensi
yang bersifat khusus.
d. Tingkat pendidikan
minimal dari sebuah profesi.
e. Sertifikasi keahlian
yang harus dimiliki sebagai salah satu lambang profesional.
f. Proses tertentu sebelum
memangku profesiuntuk bisa memikul tugas dan tanggung jawab dengan baik. Proses
tersebut misalnya adalah riwayat pekerjaan, pendidikan atau ujian yang
dilakukan sebelum memangku sebuah profesi.
g. Adanya kesempatan untuk
menyebarluaskan dan bertukar ide diantara anggota.
h. Adanya tindakan disiplin
dan batasan tertentu jika terjadi malapraktik dan pelanggaran kode etik
profesi.
D. PENDEKATAN ORIENTASI
NON-TRADISIONAL
Pendekatan orientasi
non-tradisional menyatakan bahwa seseorang dengan bidang tertentu diharapkan
mampu melihat dan merumuskan karakteristik yang unik dan kebutuhan sebuah
profesi. Orientasi ini memandang perlunya dilakukan identifikasi elemen-elemen
penting untuk sebuah profesi, misalnya standarisasi profesi untuk menguji
kelayakannya dengan kebutuhan lapangan, sertifikasi profesional, dan
sebagainya.